Joserizal Jurnalis

WhatsApp Image 2019-06-25 at 19.16.36Saya tidak yakin pria yang duduk di depan saya adalah Dokter Joserizal Jurnalis. Tubuhnya sangat kurus ringkih. Puluhan menit kami ngobrol, saya dibekap keraguan. Di kepala tiba-tiba muncul selarik kalimat untuk memastikan beliau memang Dr Joserizal.

“Kabar Gaza gimana dok?” tanyaku

“Baik, sekarang kita bangun rumah sakit sampai lantai empat” jawabnya dengan lugas. Khas dokter Joserizal. Dan jawaban soal rumah sakit di Gaza ini menjadi konfirmasi bahwa beliau asli dokter Joserizal.

Pemilu, Che Guevara, Suriah, Gaza, politik Islam hal-hal yang kami obrolkan malam itu.

“Saya pernah berobat ke dokter lhoo” kataku.

“Kapan?”

“Sekitar tahun 2014”

Waktu itu saya jatuh dari motor. Tulang lutut retak. Harus segera dioperasi keesokan harinya. Tapi dokter Joserizal tidak ada waktu. Besoknya harus berangkat ke Nusakambangan menjenguk ustadz Abu.

“Saya ditangani dokter lain. Ketika operasi pengambilan screw, ditangani dokter Sofyan” ceritaku sambil mengangkat celana panjang, memperlihatkan bekas operasi di lutut.

Karena sakit, saat ini Dokter Joserizal istirahat, tidak praktek. Namun masih bersemangat datang ke CNN Indonesia. Malam ini, kami, saya, dokter Jose dan kawan-kawan Jamaah Pengajian Akal Sehat, ngobrol di Coffee Bean. Dokter Joserizal diundang sebagai narasumber bersama Wawan DIrektur Komunikasi BIN dan AS Hikam, cendekiawan dan penulis buku Deradikalisasi. Mereka akan berbicara mengenai bagaimana nasib orang Indonesia yang bergabung dengan ISIS dan sekarang berada di Suriah dan Irak. Siapakah Jamaah Pengajian Akal Sehat? Akan saya ceritakan tersendiri hihihihii….

“Sikap saya jelas. Saya tidak setuju Arab Spring. Ini jebakan bagi Islam” tegas dokter Jose. Saya manggut-manggut mendengarnya.

Dr Jose bercerita, suatu hari dia ditelpon seorang relawan yang akan masuk ke Suriah dari perbatasan Turki.

“Saya tanya, apakah anda punya visa Suriah? Ternyata tidak. Saya melarang. Suriah adalah negara berdaulat”

Dokter Jose tak ragu berbeda pendapat dan berdebat dengan banyak aktivis Islam. “Saya sampai dicap syiah, itu cara agar saya bungkam. Tapi tidak. Saya tidak bungkam” tegas dokter spesialis orthopedi ini.

Menurut dokter yang pernah berpraktek di Rumah Sakit Siaga ini, politisi Islam harus memperjuangkan nilai. Jangan terjebak mengejar kekuasaan dan korupsi. Beliau mencontohkan Che Guevara, dokter yang berani memperjuangkan nilai-nilai yang diyakini.

“Meski berbeda ideologi, saya hormat pada Che Guevara”

Saya tertegun mendengarnya. Orang-orang yang mengaku aktivis Islam kebanyakkan alergi mendengar nama Che Guevara. Kominis. Masuk neraka. Haha

“Termasuk Tan Malaka juga ya dok kalo di Indonesia” pancingku.

“Tan Malaka itu satu daerah dengan saya. Apa dia anti Tuhan? Coba baca Madilog”

Saya nyengir gembira mendengar Madilog disebut-sebut.

78-Pembangunan-RSI-di-Myanmar-Capai-86-Persen
Rumah Sakit Indonesia di Myanmar. Sumber MER-C

“Habis berapa bangun rumah sakit di Gaza dok?”

“180 M. Dan tidak satu sen pun duit pemerintah. Semua duit masyarakat”

Dalam proses pembangunan rumah sakit di Gaza, pendiri MERC ini menemui semua kelompok yang ada di Gaza mulai dari Hamas, Fattah, Jihad Islam dan Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina (PFLP). “Saya tekankan kepada mereka. Rumah sakit ini bukan milik kelompok tertentu tapi milik seluruh rakyat Gaza. Termasuk bila ada tentara Israel yang terluka harus mendapat perawatan yang sama. Bagian ini mungkin sulit bagi mereka” kata dokter Jose sambil tersenyum simpul.

Saya juga turut tersenyum sambil melirik tongkat merah yang berada di kaki kirinya. Saya mengenal pria kelahiran Padang, 55 tahun lalu sebagai sosok yang gagah. Tinggi besar, berkulit kuning langsat. Ganteng. 

Sekarang ringkih, kuyu. Penyakit menggerogoti tubuhnya. Sang istri setia mendampingi, duduk di sebelah kiri sembari memotong roti untuk sang dokter.

Selain di Gaza, Dokter Joserizal Jurnalis juga membangun rumah sakit di Rakhine, Myanmar. Tanah di Myanmar dimiliki negara karena itu harus membayar semacam sewa lokasi untuk rumah sakit. Setelah membayar, bukannya diperbolehkan membangun tapi malah disuruh pindah ke lokasi lain. Artinya bayar lagi. “Mereka tidak ingin rumah sakit yang saya bangun lebih baik dan lebih canggih dibanding rumah sakit milik pemerintah sana”

Dari situs MER-C saya membaca proses pembangunann rumah sakit di Myanmar sementara dihentikan karena baku tembak. Setidaknya delapan titik di atap dan dinding Rumah Sakit Indonesia di Rakhine State bolong akibat terkena peluru, saat terjadi baku tembak antara Arakan Army (AA) sayap militer suku Arakan yang beragama Budha dengan tentara Pemerintah Myanmar (Tatmadaw), Minggu (2/6) lalu.

Saya menangkap rasa kemanusiaan yang begitu kuat terpancar dari sosok dokter Joserizal. 

“Siapa yang tanggung jawab nyawa 600 orang” ujar dokter Jose yang mempertanyakan kematian ratusan petugas KPPS. Beliau berpendapat jangan terjebak dengan statistik misalnya membandingkan kematian KPPS dengan kematian orang di jalan raya. “Nyawa adalah nyawa”

Lekas sehat, lekas pulih ya dokter Jose. Banyak orang sangat membutuhkan pertolonganmu.

————-

Innalillaahi Wa Inna Ilaihi Roojiuun

Telah berpulang ke rahmatullah
Dr. Joserizal Jurnalis, SpOT
Pendiri & Dewan Pembina
MER-C (Medical Emergency Rescue Committee) pagi ini, Senin/20 Januari 2020 pkl 00.38 dalam usia 56 tahun (11 Mei 1963 – 20 Januari 2020) di RS Harapan Kita, Jakarta.

Mohon dimaafkan segala kesalahan dan kekhilafan beliau. Terima kasih atas segala doa dan perhatian dari kerabat, teman, relasi, saudara2 seperjuangan selama beliau sakit hingga akhir hayatnya.

Jenazah dr. Joserizal akan disemayamkan di
Pendopo Silaturahim, Jl. Kalimanggis Raya No. 90 Cibubur, Bekasi, disholatkan bada Dzuhur di Masjid Silaturahim dan dimakamkan di TPU Pondok Rangon, Jakarta Timur.

Selamat Jalan dr. Joserizal, Semoga Husnul Khotimah…

Selamat menghadap Allah Sang Maha Pencipta yang mencintaimu lebih dari kami…

Kami yang kehilangan,
~ Keluarga Besar MER-C ~

 

Leave a comment