Masuk Sekolah

Nak, kita mesti kasihan dengan si Vario. Di usianya yang sebelas tahun, dia harus mengangkut kita bertiga. Papa, Adlina dan Arai. Mungkin Papa agak kurus atau malah tambah ndut perutnya tapi kalian, Adlina tahun ini naik ke kelas 6 dan Arai naik ke kelas 4. Kalian bertambah besar dan bertambah berat. Tapi si Vario pemberian Ati dan Ate ini berusaha gigih mengantar kita menuju sekolah.

Senin ini adalah hari pertama kalian masuk sekolah, setelah libur panjaaaang. Minggu lalu, teman-teman kalian di sekolah lain sudah masuk sedangkan sekolah kalian baru minggu ini. Ini karena kalian baru ujian kenaikan kelas setelah Lebaran. Kalian libur dua kali, sebelum lebaran, masuk ujian, rapotan terus libur lagi.

Jelas Vario tidak muat dan tidak kuat jika kita naiki berempat. Oleh sebab itu Mama mengorder ojek online.

Kita berangkat dari Kalibata City tidak dari Cijantung. Seragam ada, tas ada, sepatu ada tapi maaf Papa dan Mama melupakan topi dan dasi kalian.

 

Tiga guru menyambut di gerbang depan. Para siswa menyalami dan mencium tangan para guru. Ini tradisi yang Papa suka. Menanamkan adab hormat kepada orangtua dan guru. Hasil sungguh nyata, setiap Adlina dan Arai bertemu orang yang lebih tua, langsung menyalami dan cium tangan.

Papa dan Mama mengantar kalian ke kelas. Penting sekali bagi kami untuk mengenal wali kelas kalian. Guru yang akan mengajar dan mengasuh setahun kedepan. 

Upacara bendera membuka tahun ajaran ini. Ini yang saya suka dari sekolah kalian. Upacara bendera. Sekolah kalian rutin mengadakan upacara bendera. Bagi kami ini penting dan merupakan alasan utama, kami menyekolahkan kalian disini.

Sekolah ini sekolah Islam. Memadukan nilai keIslaman dengan kebangsaan. 

WhatsApp Image 2019-07-22 at 10.08.59 PMUpacara bendera adalah penanda penting apakah sekolah itu benar atau tidak.

Papa tahu, ada sekolah yang mengaku Islami tapi tidak pernah mengadakan upacara bendera. Tidak mau upacara, tidak mau menghormat bendera Merah Putih, tidak mau menyanyikan Indonesia Raya merupakan langkah-langkah mendekati ke ekstremisme. 

Indonesia adalah negara Nak. Disini kalian lahir, disini Papa Mama, Ati, Mbah lahir, hidup, dan berkarya.

Indonesia harus kalian jaga. Seperti kalian memegang teguh ajaran Islam.

Agak aneh, Papa dulu termasuk suka ikut upacara. Upacara itu mengasyikan, cukup berdiri, gak perlu mikir. Plus berjemur, menikmati hangatnya mentari pagi.

Adlina mewarisi kesukaan Papa. Adlina terpilih menjadi anggota Pusaka, Pasukan Pengibar Bendera. Kerap kali kau Adlina, bangga menceritakan posisi ditengah memegang bendera. Pernah juga menjadi pengibar. Posturmu tinggi nak, langkahmu tegap, semangatmu menyala.

Sekolah kalian, sekolah Islam. Para ibu kebanyakkan berkerudung. Ada beberapa yang bercadar. Ada pula yang tidak berjilbab. Saya tidak masalah. Itulah realita dunia.

Sekolah kalian, sekolah Islam. Para ayah ada yang klimis, ada yang berkumis, ada yang berjenggot. Ada yang botak, ada pula yang gondrong. Saya tidak masalah. Itulah realita dunia.

Sekolah kalian, sekolah Islam. Para siswinya ada yang berkerudung, ada pula yang tidak berkerudung. Sekolah kalian tidak mewajibkan para siswi berkerudung. Mereka ingin menumbuhkan niat kerudung itu tumbuh dari dalam hati, bukan dari paksaan. Adlina, kamu sendiri yang ingin berkerudung. Papa dan Mamamu tidak pernah memaksa. Namun didikan sekolah, menumbuhkan kesadaran dalam sanubarimu. 

Sekolah kalian, sekolah Islam. Para siswa bercelana panjang. Agar lebih mudah menunaikan sholat. 

Tidak ada pemandangan yang begitu membahagiakan kami ketika kami mengintip Arai mengimami teman-teman sekelasnya.

Selamat bersekolah anak-anakku. Rengkuhlah adab dan raihlah ilmu.

 

Leave a comment